Tingkat keberhasilan pelaksanaan fungsi irigasi tergantung dari performa atau kinerja sistem irigasi yang ada, sehingga perlu dilakukan penilaian kinerja irigasi. Pakar yang dilibatkan dalam penilaian kinerja irigasi mengandung beberapa vagueness dan ketidakpresisian dalam melakukan penilaian kinerja, sehingga perlu adanya metode yang mengakomodir hal tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang sistem penilaian kinerja yang dapat mengakomodir vagueness dan ketidakpresisian penilaian yang dilakukan pakar serta menilai kinerja irigasi. Sistem dirancang dengan memperhatikan kebutuhan input, proses dan output. Penentuan indikator kinerja dilakukan dengan wawancara dan studi pustaka. Analisa yang digunakan untuk menentukan bobot indikator dan menilai kinerja menggunakan konsep fuzzy yaitu Fuzzy AHP dan Fuzzy MCDA. Fuzzy AHP menggabungkan konsep Fuzzy dan konsep Hirarki dalam suatu sistem yang kompleks seperti pada proses penilaian kinerja irigasi. Dengan menggunakan konsep fuzzy untuk penilaian kinerja menghasilkan hasil yang lebih mendekati penilaian yang dilakukan manusia (humansitik), mempercepat waktu perhitungan. Penilaian kinerja irigasi menghasilkan rangking bobot indikator sbb: ketersediaan debit (0,264), kondisi fisik jaringan irigasi (0,231), organisasi personalia (0,205), produktifitas tanam (0,154), sarana penunjang OP (0,064), P3A / HIPPA (0,043) dan dokumentasi (0,040). sedangkan untuk rangking kinerja Daerah irigasi adalah Daerah Irigasi Grinting (0,640), Ranugrati (0,603) dan Candilimo (0,575)...
0 komentar:
Posting Komentar